Pulau Sangiang Gagal, Pulau Camyang / Pulau Merak Besar Pun Jadi
Pulau Sangiang Gagal, Pulau Camyang / Pulau Merak Besar Pun Jadi
follow @mamandolan
Tiba-tiba mc mempersilahkan gue buat maju ke panggung... Asli antara speechles, gugup dan bahagia bercampur aduk. Tiba-tiba nafas gue megap-megap karena disaksikan 15.000 audiens di Gelora Bung Karno. Sentakan kembang api Dancer-dancer mengiringi gw masuk panggung, permainan sinar laser, efek asap dan lighting panggung yang seirama dengan hentakan musik. Mimbar sudah tersedia, karangan bunga ucapan selamat berjejer memagari pelataran Senayan. Kali ini gue mendadak jadi artis yang baru selamat dari badai dan berhasil mengungkap misteri Pulau Camyang*)
Bukan foto gue depan mimbar (Foto : www.politico.com) |
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh" Hadirin menjawab salam dengan serentak lalu kemudian hening.
"Sebelumnya, saya bersyukur saya masih diberikan kesehatan sama Allah Swt, berkat beliau lah saya bisa melangkah sejauh ini. Tak lupa, saya juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah sudi menemani saya suka dan duka selama perjalanan. Kepada pak Presiden, dan seluruh jajaran menteri yang sudah hadir yang saya hormati, dan seluruh pemirsa di seluruh tanah air yang sedang menyaksikan acara ini"
Slide foto-foto terpampang di screen dan layar televisi.
"Awal kisah, saya berangkat dengan niat pergi ke Pulau Sangiang yang berada di Kabupaten Serang, Banten. Semua peralatan sudah lengkap masuk ke dalam backpack yang saya bawa. Sudah saya rasakan baunya laut meski masih berada di Jakarta, sudah terbayang hamparan terumbu karang yang indah, berenang bersama ikan-ikan yang cantik dan bermain bersama bisikan pasir yang konon katanya bagus.
Foto Opening Pulau Merak Besar (Foto : Insen) |
Sembilan peserta sudah lengkap, bis menuju Cilegon pun tak harus menunggu lama, seolah mendukung suasana hati saya yang terlalu semangat ingin cepat-cepat bercumbu dengan asinnya air laut. Bis berhenti di pas Dunkin Donat Cilegon dan bertemu kelompok lain yang akan berangkat bersama mengarungi eksotisme Pulau Sangiang. Perjalanan dilanjutkan menuju penginapan dengan menggunakan angkot. Hujan menghiasi romantisme perjalanan saya waktu itu.
Pagi hari, ketika saya sedang terlelap, dengan mata masih sayu dan rasanya sulit sekali untuk membuka mata akibat mencari makan terlalu jauh sebelum tidur. Sementara yang lain sudah bersiap, sudah sarapan, sudah bergegas, saya baru mulai merangkak mengantri toilet untuk rutinitas pagi. Baiklah, terpaksa nasi bungkus di penginapan saya bawa untuk dimakan di kapal saat menyeberang ke Pulau Sangiang.
Sejam... dua jam... tiga jam... Kapal masih juga berlabuh di dermaga, saya tertidur beberapa saat di kapal yang sesekali terasa deburan ombak menabrak kapal, serta tiupan angin kencang yang nampak menggoyang-goyang pohon sekitaran dermaga dengan kencang, matahari yang timbul tenggelam, serta hujan yang turun dengan malu-malu. Sementara riuh-riuh yang lain bercanda yang saya tidak sama sekali mengerti apa yang mereka bicarakan. Dan jenuh, badmood mulai merajang.. Ohh ini toh yang namanya galau.
Okay, dari semula galau stadium 2 kini mulai merambah ke stadium 4, saatnya mulai pembedahan. Kalau istilah kedokteran. Artinya sudah tidak semangat lagi untuk melanjutkan trip. Saya diberi pilihan solusi oleh "leader" bahwa trip dialihkan ke Curug daripada menunggu lama cuaca yang tidak menentu. Sementara yang lain setuju, tanpa semangat giliran saya ditanya yang terakhir dan dengan terpaksa ya bilang "Maaf sepertinya saya lebih memilih pulang ke Jakarta" dan ternyata sembilan orang team saya berfikiran yang sama. Mereka memilih mencari alternatif tetap untuk pergi ke pantai.
Baiklah, sembari jalan menuju Cilegon, saya sedikit minta referensi dari beberapa teman dekat mengenai wisata sekitaran Anyer dan Cilegon, dari berbagai referensi rata-rata memilih Tanjung Lesung sebagai alternatif, tapi saya sudah terlanjur tiba di Terminal Cilegon.
Baiklah, cari dari gugel sekarang wisata sekitar sana, akhirnya kami menemukan yang namanya Pulau Merak Besar. Masih minim info, info yang kami dapat rata-rata begini bunyinya
Cuaca dan ombak sedang derasnya, dermaga di pelataran terminal merak tidak ada yang sanggup untuk mengantar saya ke Pulau Merak Besar, padahal dari Terminal Merak dan Pelabuhan sudah tampak jelas wujud pulaunya. Sedikit masukan agar kami naik kapal dari AL (Angkatan Laut) yang letaknya harus naik angkot sekitar 5 menit dari terminal.
Ombak seakan menerkan, badai seakan menerjang, hujan mengguyur bagai banjir bandang, kapal sesekali mengalami kemiringan hingga 45 derajat. Sekali terjangan kami masih teriak senang, dua hentakan mulai redup, ketiga baru kami mulai merasa takut. Sesekali kapal oleng dan balapan dengan kapal Ferry yang akan ke Lampung.
Tidak ada dermaga khusus, kami harus turun melewati ombak dan berenang untuk sampai di pulau. Saya turun duluan menurunkan barang-barang yang sudah terbungkus plastik. Loncat dan lumayan lutut terkena karang, lanjut turun para perempuan-perempuan perkasa menuruni ombak"
#Kuburan ohh Kuburan
Yaps.. padahal ketika turun saya tidak menyadari adanya undakan anak tangga menuju ke hutan Pulau, tidak ada spot yang asyik untuk mendirikan tenda hingga akhirnya kami membagi kelompok untuk menyusuri dan mengetahui kondisi pulau, dua orang ke sebelah barat dan dua orang ke sebelah timur termasuk saya. Saya tidak melanjutkan perjalanan dengan alasan jalan yang terjal dan licin.
Tangga di sekitaran dermaga baru saya sadari sore harinya, rasa penasaran membuat saya menelusurinya dengan harapan ada menara pandang atau semacamnya yang bisa dijajali. Ternyata saya malah menemukan kuburan baru dibangun, di bawah pohon besar dan di depannya ada gelaran tiker. Merinding dan tidak berani melanjutkan penelusuran, meski jalan tembok masih membentang.
Saya bisikan ke setiap peserta cowok apa yang saya lihat agar bisa jaga sikap dan menjaga peserta perempuannya.
#Penampakan-penampakan
Saya tidak melihat apa-apa hanya sekedar merasakan aura mistisnya saja, bulu kuduk yang merinding membuat saya tidak berani jauh-jauh dari tenda. Dan teman-teman saya bilang begini :
"Gue liat ada sosok berjalan dari tangga yang semula tinggi menuju ke arah tenda lalu kemudian mengecil"
"Seharusnya kan kalo anak-anak berdiri depan tenda kan lebih tinggi dari tenda tapi kok yang samar-samar gue liat semalem kayak anak kecil yak ?"
"Gue gak berani nengok ke pohon gede sebelah kanan tenda, serem"
"Gue malah asyik moyoy nggak ngerasain apa-apa tuh" hah
Itulah sebabnya barangkali yang menyebabkan semua terdiam di saat api unggun malam hari, tak seperti biasanya meriah dan penuh canda.
#Sekilas Tentang Pulau Merak Besar versi Saya
Keseluruhan nggak ada yang asyik, disana asyik untuk spot memancing. Ada kapal ojek juga yang mengantar pemancing ke tembok penahan ombak, ongkosnya Rp. 30.000 pp. Disana terdapat dua makam, makam Jampang sama Ciung Wanara, banyak monyet juga, kebanyakan spot yang lembab, dan bertebing.
Menurut warga selama ini belum pernah ada yang kemping disana, baru kami yang menjajal pulau itu untuk kemping. Wajar, karena memang selain dekat dengan dermaga Pelabuhan Merak, pantainya biasa saja, berisik suara klakson kapal ferry. dan nggak ada spot buat berenang. Disamping pulau terdapat tebing penahan ombak yang dijadikan spot memancing warga sekitar.
#Tentang Makam Ciung Wanara dan Jampang
Lagi-lagi penasaran, tangga dan makam yang tampak masih baru dibangun itu sebenarnya apa yang terjadi lalu nama-nama yang tercantum di nisan rasanya tidak asing, siapa mereka kita lanjutkan wawancara warga sekitar pelabuhan.
Jadi konon katanya beberapa bulan yang lalu ada warga jauh ada yang dimimpikan bahwa dia adalah keturunan dari Ciung Wanara, dan ada info bahwa Ciung Wanara dimakamkan di atas bukit di pulau tersebut.Maka dibangunlah makam dan pondasi disana.
Pas nyampe rumah saya iseng search tentang Ciung Wanara dan menemukan ini http://sahabatsilat.com/forum/ragam-kehidupan/makam-ciung-wanara/
#Kejadian-kejadian Pasca Trip
Nyampe kosan, saya bandel disuruh teman saya untuk mandi dan bersih-bersih malah memilih langsung tidur. Saat itu saya merasa banyak halusinasi dan merasa ada sosok makhluk (yang saya lihat seperti asap saja) mencoba merasuk ke badan saya, namun masih saya lawan. Langsung saya bergegas mandi dari situ kepala saya berasa berat dan badan tiba-tiba terasa pegal.
Besok harinya, saya mimpi didatangi sosok macan betina dan membisikan bahwa dia berasal dari Pulau Merak Besar.
Teman saya, tiba-tiba jadi insyaf dan banyak melakukan taubat gara-gara trip ini *katanya.
Dann dannn dann laluu laluuuu *digeret satpam pidatonya kelamaan
Sekian dari saya terimakasih..
Lalu mc membacakan acara selanjutnya...
*) Camyang adalah candaan anak-anak yang nggak ada artinya, tapi kalo ditangkap secara harfiah bisa berarti payah.
*) Info lagi, Ke Pulau Sangiang juga ternyata bisa dari Pelabuhan Merak kata awak kapalnya, sekitar sejam perjalanan.
Moyoy dulu kaka :P (Foto : Insen) |
DONE, TRIP CALCELED KARENA ANGIN KENCANG
Okay, dari semula galau stadium 2 kini mulai merambah ke stadium 4, saatnya mulai pembedahan. Kalau istilah kedokteran. Artinya sudah tidak semangat lagi untuk melanjutkan trip. Saya diberi pilihan solusi oleh "leader" bahwa trip dialihkan ke Curug daripada menunggu lama cuaca yang tidak menentu. Sementara yang lain setuju, tanpa semangat giliran saya ditanya yang terakhir dan dengan terpaksa ya bilang "Maaf sepertinya saya lebih memilih pulang ke Jakarta" dan ternyata sembilan orang team saya berfikiran yang sama. Mereka memilih mencari alternatif tetap untuk pergi ke pantai.
Baiklah, sembari jalan menuju Cilegon, saya sedikit minta referensi dari beberapa teman dekat mengenai wisata sekitaran Anyer dan Cilegon, dari berbagai referensi rata-rata memilih Tanjung Lesung sebagai alternatif, tapi saya sudah terlanjur tiba di Terminal Cilegon.
Baiklah, cari dari gugel sekarang wisata sekitar sana, akhirnya kami menemukan yang namanya Pulau Merak Besar. Masih minim info, info yang kami dapat rata-rata begini bunyinya
"Pulau Merak Besar terletak tepat (± 500 M) didepan pelabuhan penyebrangan Merak – Bakauheni, dengan luas areal sekitar 20 Ha. Pulau Merak Besar adalah Pulau Hutan Lindung yang berfungsi sebagai Pelindung Pelabuhan Ferry dan Terminal Terpadu Merak. Pulau Merak Besar ini juga berfungsi juga sebagai penahan gelombang yang menuju pelabuhan Merak dan dijadikan sebagai kawasan lindung yang dilestarikan keberadaanya, pulau ini sangat strategis untuk melindungi kedua asset milik pemerintah pusat dan daerah. Dan Pulau Merak Besar ini juga sangat berpotensi karena memiliki potensi sumberdaya Kelautan dan Flora dan Fauna, alamnya masih asri dan tidak berpenghuni, terdapat pula bebatuan dan koral situs Tsunami Gunung Krakatau tahun 1883.
Pulau Merak Besar dapat ditempuh sekitar 15 menit dari pusat Kota Cilegon yang memiliki luas kurang lebih 40 Ha dan sangat potensi akan Sumber Daya Alam Hayati dan Perikanan, seperti Pasir Putih terletak disebelah Barat dan Selatan, Terumbu Karang disebalah Timur dan Utara serta Potensi Penangkapan Ikan Laut jenis Pelagis Kecil, Demersal dan Ikan Karang."
*Dikutif dari http://www.1001malam.com/surrounding/142/cilegon/pulau-merak-besar.htmlBaiklah kami bergegas ke Merak toh kalau pun tidak memungkinkan nyeberang ke Pulau Merak Besar saya bisa kembali nyeberang ke Lampung untuk menikmati kembali Misteri Pulau Condong Bandar Lampung.
Cuaca dan ombak sedang derasnya, dermaga di pelataran terminal merak tidak ada yang sanggup untuk mengantar saya ke Pulau Merak Besar, padahal dari Terminal Merak dan Pelabuhan sudah tampak jelas wujud pulaunya. Sedikit masukan agar kami naik kapal dari AL (Angkatan Laut) yang letaknya harus naik angkot sekitar 5 menit dari terminal.
Ombak seakan menerkan, badai seakan menerjang, hujan mengguyur bagai banjir bandang, kapal sesekali mengalami kemiringan hingga 45 derajat. Sekali terjangan kami masih teriak senang, dua hentakan mulai redup, ketiga baru kami mulai merasa takut. Sesekali kapal oleng dan balapan dengan kapal Ferry yang akan ke Lampung.
Tidak ada dermaga khusus, kami harus turun melewati ombak dan berenang untuk sampai di pulau. Saya turun duluan menurunkan barang-barang yang sudah terbungkus plastik. Loncat dan lumayan lutut terkena karang, lanjut turun para perempuan-perempuan perkasa menuruni ombak"
#Kuburan ohh Kuburan
Yaps.. padahal ketika turun saya tidak menyadari adanya undakan anak tangga menuju ke hutan Pulau, tidak ada spot yang asyik untuk mendirikan tenda hingga akhirnya kami membagi kelompok untuk menyusuri dan mengetahui kondisi pulau, dua orang ke sebelah barat dan dua orang ke sebelah timur termasuk saya. Saya tidak melanjutkan perjalanan dengan alasan jalan yang terjal dan licin.
Tangga di sekitaran dermaga baru saya sadari sore harinya, rasa penasaran membuat saya menelusurinya dengan harapan ada menara pandang atau semacamnya yang bisa dijajali. Ternyata saya malah menemukan kuburan baru dibangun, di bawah pohon besar dan di depannya ada gelaran tiker. Merinding dan tidak berani melanjutkan penelusuran, meski jalan tembok masih membentang.
Saya bisikan ke setiap peserta cowok apa yang saya lihat agar bisa jaga sikap dan menjaga peserta perempuannya.
Makam pertama (Foto : Akun Fb Ratna Qyut) |
#Penampakan-penampakan
Saya tidak melihat apa-apa hanya sekedar merasakan aura mistisnya saja, bulu kuduk yang merinding membuat saya tidak berani jauh-jauh dari tenda. Dan teman-teman saya bilang begini :
"Gue liat ada sosok berjalan dari tangga yang semula tinggi menuju ke arah tenda lalu kemudian mengecil"
"Seharusnya kan kalo anak-anak berdiri depan tenda kan lebih tinggi dari tenda tapi kok yang samar-samar gue liat semalem kayak anak kecil yak ?"
"Gue gak berani nengok ke pohon gede sebelah kanan tenda, serem"
"Gue malah asyik moyoy nggak ngerasain apa-apa tuh" hah
Itulah sebabnya barangkali yang menyebabkan semua terdiam di saat api unggun malam hari, tak seperti biasanya meriah dan penuh canda.
#Sekilas Tentang Pulau Merak Besar versi Saya
Keseluruhan nggak ada yang asyik, disana asyik untuk spot memancing. Ada kapal ojek juga yang mengantar pemancing ke tembok penahan ombak, ongkosnya Rp. 30.000 pp. Disana terdapat dua makam, makam Jampang sama Ciung Wanara, banyak monyet juga, kebanyakan spot yang lembab, dan bertebing.
Sudut Pulau Merak Besar (Foto : Insen) |
Sudut Lembab Merak Besar (Foto : Insen) |
Lagi-lagi penasaran, tangga dan makam yang tampak masih baru dibangun itu sebenarnya apa yang terjadi lalu nama-nama yang tercantum di nisan rasanya tidak asing, siapa mereka kita lanjutkan wawancara warga sekitar pelabuhan.
Jadi konon katanya beberapa bulan yang lalu ada warga jauh ada yang dimimpikan bahwa dia adalah keturunan dari Ciung Wanara, dan ada info bahwa Ciung Wanara dimakamkan di atas bukit di pulau tersebut.Maka dibangunlah makam dan pondasi disana.
Pas nyampe rumah saya iseng search tentang Ciung Wanara dan menemukan ini http://sahabatsilat.com/forum/ragam-kehidupan/makam-ciung-wanara/
#Kejadian-kejadian Pasca Trip
Nyampe kosan, saya bandel disuruh teman saya untuk mandi dan bersih-bersih malah memilih langsung tidur. Saat itu saya merasa banyak halusinasi dan merasa ada sosok makhluk (yang saya lihat seperti asap saja) mencoba merasuk ke badan saya, namun masih saya lawan. Langsung saya bergegas mandi dari situ kepala saya berasa berat dan badan tiba-tiba terasa pegal.
Besok harinya, saya mimpi didatangi sosok macan betina dan membisikan bahwa dia berasal dari Pulau Merak Besar.
Teman saya, tiba-tiba jadi insyaf dan banyak melakukan taubat gara-gara trip ini *katanya.
Dann dannn dann laluu laluuuu *digeret satpam pidatonya kelamaan
Sekian dari saya terimakasih..
***
Metamorfosis (Foto : Insen) |
Kalau belum puas, lo semua bisa maen-maen ama anak-anak dermaga pelabuhan sambil loncat-loncat dari kapal.Semua audiens mulai merasakan hawa-hawa mistis menggelora lalu akhirnya riuhan tepuk tangan kembali mengaduh. Dan gue selalu sadar kamera apalagi masuk tipi, tangan melambai-lambai lalu kembali masuk ke belakang panggung. Dan pidato selesai... :)
Lalu mc membacakan acara selanjutnya...
*) Camyang adalah candaan anak-anak yang nggak ada artinya, tapi kalo ditangkap secara harfiah bisa berarti payah.
*) Info lagi, Ke Pulau Sangiang juga ternyata bisa dari Pelabuhan Merak kata awak kapalnya, sekitar sejam perjalanan.
ini ngetripnya tanggal berapa ya? hehehe.. ngemeng2 saya kerja seharo-hari di anyer :D
BalasHapus@nurul : Ini pas kemaren, tanggal 13-14 April 2013. Tau gitu ketemuan deh kita. Nggak ngetrip gapapa deh nginep di rumah Nurul aja :P
BalasHapushaha camyang island, belum tuntas mengungkap misteri, tapi ogah balik lagi...
BalasHapusChocky : Wkwkwk.. Misi kita belom selesai... yuk kesana lagi, kan kemaren belom sempat ngiterin pulaunya.
BalasHapusHahahaha.....penasaran pengen buka sesi horor seputar pulau ini :p
BalasHapuscukup skali yg kmaren aje yak..., trimakasih.
BalasHapuswkwkwkkkkk ..... sekedar inpo knp saia hanya sedikit merinding setiba dr sana, coz saia sdh mandi besar scr islami, yg sholat taubat tdk lain dan tidak bukan adalah saia hehehe, pulau camyang tak kan terlupakan *semangat ngetri :p
BalasHapusNovita : Yoai... harus jumpa pers tentang mistisnya :)
BalasHapusUnknown : Gue tau rasanya yang komen siape... wooy madd pake nama kalo komen :P
Ratna Qyut : Haha.. bagus akhirnya ada pengakuan :)
Pulau Sangiang 'Surga Tersembunyi' Di Bantenhttp://bit.ly/19amdm2
BalasHapusNgga mau buka link lainnya.
BalasHapusCukup ceria yang mengantarkan cerita selanjutnya, man.. ;)
Noe, u here too?? Hheheh
Ejie.. Siap.. Perjalanan lebih berkesan jika pergi denganmu.. tsah... :D
Hapussebelumnya salam buat agan2, sepertinya itu bukan makam tapi petilasan tempat mupusnya ciung wanara dan jampang :D
BalasHapusIya gan, menurut pendapat bahwa seseorang dimimpikan bahwa disitulah tempat ciung wanara dimakamkan :D
Hapus